Kamis, 24 Desember 2009

Perkembangan Nasyid

Barangkali, banyak yang menganggap Islam dan seni suara adalah dua hal yang sama sekali tidak memiliki keterkaitan. Padahal, jika ditarik sejarahnya ke belakang, sesungguhnya upaya kreatif menghadirkan ruh Islam pada dunia seni suara telah telah berlangsung lama, bahkan sejak masa Rasulullah. Sebagai contoh, syair "thola'al badru 'alaina" (telah muncul rembulan di tengah kami) -- yang kini kerap dinyanyikan tim kasidah dan majelis taklim -- adalah syair yang dinyanyikan kaum muslimin saat menyambut kedatangan Rasulullah SAW. untuk pertama kali ke Madinah.


Perjalanan kreatif tersebut terus berlangsung hingga kini. Pada perkembangannya, seni yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan nasyid tersebut, baik warna musik maupun temanya terus mengalami pergerakan, sesuai dengan situasi dan kondisi zaman yang juga terus berkembang.

Di Indonesia, fenomena perkembangan nasyid mulai telihat sejak era 1980-an. Bisa dikatakan, gaungnya banyak dibantu oleh perkembangan nasyid di Negeri Jiran, Malaysia. Awalnya, para penggiat nasyid di Negeri Jiran, Malaysia. Awalnya, para penggiat nasyid di tanah air lebih banyak membawakan nasyid berbahasa Arab yang lahir dari Timur Tengah atau nasyid Malaysia. Berikutnya, mereka mulai menciptakan lagu sendiri, yang sebagian besar tentunya berlirik Indonesia.

Jika diamati, tema-tema yang dihadirkan oleh nasyid tanah air itu sangat beragam. Tak hanya masalah seperti jihad, misalnya, tetapi juga masalah-masalah lain, dari mulai masalah sosial, persoalan pernikahan atau rumah tangga, dan banyak lagi. Yang pasti tak sedikit nasyid yang mencoba merespons berbagai peristiwa aktual yang terjadi, baik di Indonesia maupun dunia (Islam) secara lebih umum.

Hasilnya, nasyid makin mengemuka. Kelompok baru pengusung nasyid terus bermunculan. Nama-nama grup seperti Snada, Suara Persaudaraan, Izzatul Islam, As Syabab, Harmoni Voice, Sam Abdullah, Bijak, Brothers, dan masih banyak lagi, cukup dikenal di kalangan penikmat nasyid. Belum lagi grup-grup yang lebih bersifat lokal, seperti yang hadir di kalangan Remaja Masjid, Rohis sekolah (SMP/SMU), atau kampus.

Kendati perkembangan nasyid di tanah air masih terbilang belia, terbukti mampu menunjukkan gairah besar. Boleh jadi, sambutan antusias tersebut seiring dengan makin meningkatnya kesadaran sebagian remaja di kalangan sebagian remaja dan pemuda. Semangat keberislaman di kalangan sebagian remaja dan pemuda. Semangat keberislaman itulah yang didalam dunia seni antara lain diejawantahkan ke dalam nasyid, baik itu yang hanya mengapresiasi maupun yang sekaligus berkreasi.

Kontribusi Bandung

Berbicara perkembangan nasyid di tanah air, kontribusi Bandung tak bisa di kesampingkan. Sejak dulu, Bandung memang telah dikenal sebagai salah satu kiblat musik Indonesia. Sebagai contoh, pada era tahun 1970-an majalah musik pertama di Indonesia, yakni Aktuil lahir di Kota Bandung. Ternyata, kontribusi Bandung terhadap perkembangan musik nasyid pun sangat besar.

Grup nasyid yang lahir di Bandung terbilang sangat banyak, terutama sejak pertengahan tahun 1990-an. Mereka tumbuh dan berkembang dalam berbagai acara pentas dan festival atau perlombaan. Tidak sedikit diantaranya yang kemudian sukses mencetak album, meskipun lingkup pemasarannya masih terbilang terbatas dan dikelola secara independen. Hal lain yang sangat membantu mereka adalah kehadiran radio-radio yang memberikan ruang cukup bagi kehadiran nasyid. Bahkan, ada radio yang mengkhusukan diri untuk musik nasyid, seperti MQ FM.

Seperti halnya nasyid di daerah lainnya di Indonesia, nasyid di Bandung juga secara umum banyak dipengaruhi nasyid dari Timur Tengah dan Malaysia. Menurut Ass. Program Director Radio MQ FM, Nugraha Al Afghani Nur Musthofa, jenis nasyid yang berasal dari Timur Tengah lebih bernafaskan perjuangan. Tujuannya untuk meningkatkan semangat jihad di kalangan umat Islam. Sementara itu, nasyid yang berasal dari Malaysia, umumnya lebih luas cakupannya. Nasyid menjadi sarana penyeru kebaikan dengan pemaknaan yang lebih lapang.

Rupanya, kehadiran nasyid-nasyid dari luar negeri ikut memacu penggiat nasyid di Kota Bandung untuk melahirkan karya-karya sendiri. Kelompok nasyid Harmoni merupakan salah satu pelopornya dengan karya-karya mereka yang bergaya acapella. Sayangnya, kelompok ini sekarang sudah bubar. Kendati demikian, tidak berarti nasyid di Bandung lantas tenggelam. Bahkan, nama-nama baru makin banyak bermunculan, seperti Mupla, The Fikr, Hawari, dan banyak lagi.

Belakangan, perkembangan nasyid di Bandung tambah pesat saja. Hal itu tidak lepas dari keberadaan media, khususnya radio-radio yang memberikan ruang yang lebar untuk kehadiran nasyid. Bahkan, sejak 1999, berdiri Radio Ummat Daarut-Tauhiid yang saat itu menjadi satu-satunya radio yang memilih nasyid sebagai basic musik dari jenis aliran musik yang mereka suguhkan.

Pada perkembangan berikutnya, karena tuntutan kebutuhan teknologinya, Radio Ummat yang bergerak di jalur AM pindah ke gelombang FM dengan nama yang berganti menjadi Radio MQ 102,65 FM. Perpindahan ini menyebabkan jangkauan pendengar lebih mendukung perkembangan nasyid.

Seiring dengan perkembangan nasyid, disamping adanya penggarapan tema yang makin dalam dan luas, balutan musik yang disajikan pun makin variatif. Jika pada awal perkembangannya nasyid lebih cenderung pada komposisi sederhana dengan alat-alat perkusi saja, kini jauh lebih variatif. Jadi, jangan heran jika sekarang ada nasyid yang berirama pop, rock atau bahkan R&B.

Salah satu contohnya adalah Nanda Nasyid. Kelompok nasyid yang terdir dari enam personel ini mengusung aliran musik pop progressif dengan sedikit sentuhan R&B. Meski baru muncul pada April 2003, kelompok ini mendapat sambutan luar biasa dari pencintanya. Salah satunya terbukti dari kemampuan mereka menjadi "jawara" tiga pekan berturut-turut di acara Top Ten Request MQ FM.

Dengan segala perkembangannya, nasyid telah membawa fenomena yang menarik. Keberadaanya di Malaysia yang telah sejajar bahkan mengungguli musik pop merupakan sebuah pencapaian yang sangat bagus, apalagi untuk musik yang membawa spirit khusus seperti nasyid. Di Indonesia, tampaknya, perkembangan nasyid belum sepesat itu. Namun, adanya radio yang khusus memutar nasyid, album-album nasyid makin banyak dipasarkan meski sebagian masih besar indie label, gaung nasyid yang tak hanya terasa pada bulan Ramadhan, televisi yang tak segan-segan lagi memutar nasyid, adalah beberapa fakta yang menunjukkan bahwa nasyid mengalami perkembangan yang cukup positif.

Lantas, bagaimana dengan nasib nasyid selanjutnya ? Tentunya hal ini sangat bergantung pada kreativitas para seniman nasyid dan barangkali juga semangat religi dari para penikmat musik.

Tidak ada komentar: