Senin, 29 April 2019

Melodious Walk

Di lembah,
berjalan mengikuti jejak pengembara 
menuju tanah lapang penuh ilalang
remah dedaunan remuk berderak di tiap langkah
sepoi kesunyian mengiring
dengan petikan dawai kangen dan rindu jauh
dari pesan yang kutinggalkan padamu
di sekelebat perjumpaan yang bisa kau ingat 
segala sesuatu yang indah darimu
kubawa menyusuri tiap liku dan tanjakan
tak perlu kusebutkan
satu - persatu seperti picisan murahan
cukup kuhadirkan dalam peluk risau yang manis-pedih
ketersesatan yang menakutkan menghantui
hantu yang tak akan ada bila kau disini 
setelah tiap batu dan lelumpur rimbun semak,
Steps will still remember our walk
yang tak pernah serentak namun beriring

Pelan namun saling mengejar
hingga arah tak lagi bermakna
dan makna tak lagi butuh arti

Our melodious walk filled with over flowing
flowering dreamsand glimmering clouds of dim melancholic sky

a little part of our heavenly stepsfull
with lark sweet symphonies as we stared infatuation tone 
of brilliant sunset floating away into the air
with your scentfloating away into my heartas the leafs dancing in the wind..

Takaran

Dia memang tak secantik Zulaikha
Itu mengapa aku memilihnya
Karena aku pun bukanlah Yusuf yang elok sempurna 


Dia tak sebanding dengan Ratu Bilqis
Sama sekali tidak
Tapi itu mengapa aku mendambanya
Karena aku juga tak sekaya Raja Sulaiman 

Ah, dia bukan Shinta
Ku tak segagah Arjuna
Bukan pula Juliet
Sebab aku tak mau main pelet

Hatiku menakar
Menimbang
Mencari potongan rusuk yang hilang

Di bawah cakrawala kah dirimu? Tetaplah di situ
Biar kujemput dengan kuda putih
derapnya beriring kecipak buih

Atau sembunyi di balik senyap kah engkau? Terdengar desahmu sengau
Berselimut semak berduri
Perih tersamarkan mawar mewangi

Kau yang pandai membaca hati
Kau yang lihai menafsir arti
Kau yang terbiasa dengan letih
Kemari bisikkan namamu lirih

Ini bahuku
Entah sekuat apa
Yang pasti cukup kuat kau tumpahi air mata

Ini mataku
Yang tak sepicing pun akan terpejam
Saat malammu gundah merajam
Temanimu hingga kantuk mengucap salam 

Tak banyak pintaku
Cukup takaran itu
Isi tempat di mana seharusnya kau ada
Lengkapilah lubang di dalam dada 

Selasa, 16 April 2019

Untuk Sebuah Nama

Kau yang ku ambil atas nama tuhanku
Sejak saat itu hingga nanti waktu terus melaju
Tak ada keraguan dan sedikitpun beban
Mesti dalam sudut hatimu timbul kekhawatiran
Padamu ku selalu pulang sebelum ku berpulang
Berjuang bersama walau berada di tepi jurang
Langkah tak beraturan yang saat ini kita tempuh
Takkan membuatku lupa padamu ku berkeluh
Kubukan arjuna di barisan pandawa lima
Kuhanya manusia biasa penuh dengan alfa
Tetaplah ingatkanku selalu temaniku
Meski kadang caraku keliru dalam memahamimu
Aku tak pandai buat rima dalam irama
Tapi kuyakin Tuhan takdirkan kita bersama
Tak ada kebetulan dan ini satu pembetulan
Walau jalan terjal terkadang kita berbenturan
Kutulis ingat tangis saat kita bersama
Dalam keterbatasan kita tetap melangkah bersama
Tak mengalah pada waktu mesti rapuh mengayuh
Bersama kita lewati walau bercucur peluh
Kadang kita berpuasa untuk capai satu asa
Selalu bermufakat bergenggaman satu rasa
Hingga kita yakin akan temukan mercusuar
Yang akan terangi dengan sinar yang berpijar
Belajar saling fahami semua sisi
Dalam keterbatasan diri yang kadang tak kau mengerti
Mengarti dalam diam meski tanpa bahasa
Kutahu kita selalu bersandar pada jutaan doa
Selalu yakin di hati bahwa arti sebuah hebat
Adalah adanya kamu membuatku kuat
Bertubi halangan dengan beribu tamparan
Tak pernah kau jauh selalu ada bagai sebuah sandaran
Tak ada masa lalu bagi kita hanya masa depan
Langkah hari ini dan mimpi besar menjadi acuan
Lupakan, jangan jadikan itu cemas
Bagiku kau lebih berharga dari kilau emas
Aku selalu berusaha memberi yang terbaik
Walau harus kuakui aku bukan orang baik
Bermimpi setinggi langit, mengepal menentang awan
Demi sebuah masa depan bahagia kita dapatkan
Setiap saat kuselalu coba cari peluang
Kau selalu ingatkan hidup bukan hanya soal uang
Totalitas, loyalitas langkahku menembus batas
sampai tuntas takkan puas hingga sampai titik pantas
Bergegas, tak lelah terus kan ku kayuh
Bakar semangat melaju bagi angin puyuh
Bagiku hadirmu adalah serupa gemintang
Menuju masa depan berharap terang gemilang

Prosa Kopi Secawan

Angkat pena, satu persatu kisah yang kuingat
memori berjalan sampai detik ini masih melekat
saat separuh diri dan duniaku di kuasai hasrat
menebus putaran waktu diantara penat
Berangkat, bertumbuh meski dalam rapuh
berdiri diatas kaki lemah ajarkanku arti tangguh
dibawah langit luas saat lelah aku berteduh
aku patuh takkan luluh semangatku takkan runtuh
Dalam hidup semua kumulai dari belajar
kombinasi akal dan fikiranku berdiri sejajar
tak gentar, ditampar pilu yang berjajar
sejauh langkah kaki ku mencoba untuk mengejar
Kusadari kanan kiri pedang terhunus
tanpa kamus, rimaku takkan lumpuh bagai lupus
hidup memang misterius bagaikan deretan rumus
ku tak butuh standing aplouse dan kalian data bagai sensus

Ku tak butuh pengakuan dalam sebuah pentas
saat lika liku hidup perlahan mulai kutebas
mengeras, bergegas bagai kawanan hewan buas
lembar demi lembar kanvas, kan kuukir dengan kuas
Dan luas, hamparan laut telah kutiti
rimbunan belantara hutan telah kujelajahi
kini aku kembali disini aku berdiri
saat kau anggap kumati, dalam diam kuamati
cermati, sekecil apapun peluang
karena ku bukan pecundang, kumasih bisa berjuang
isi ruan, dimulus aspal dan berlubang
Kalian sesuka hati, bisa datang lalu pergi
hanya sedikit kawan dan keluarga semangati
buatku berbersar hati, tempaanpun kuselami
hingga tiba saatnya nanti, kubisa lemparkan bukti

Waktupun berlalu perlahan sinar berpijar
kuingati setiap rotasi saat aku terdampar
berbekal banyak restu, barisan doa jadi pandu
kasih keluarga dan kawan baik jadi candu
Kususun komposisi dan mulai bereksplorasi
hiraukan tatap sinis, buang semua caci maki
bangun rima dengan kenyal, tanpa harus ku mengkhayal
tanpa harus ku membual, membuat kalian terjungkal
Persetan dengan persepsi, juga seluruh asumsi
yang kubutuhkan esensi, bagaikan secawan kopi
lu kan tetap berjalan,takkan lelah kuberguru
walau jalanan berbatu, dari hilir sampai hulu
Kutetap empati dan kuhindari parang
beradu metafor pun ku tak berarti berperang
terimakasih penuh kasih untuk klian terkasih
dari hatiku yang bersih, aku yang pernah tersisih.

Bandung, April 2019

Jumat, 03 April 2015

Maafkan Aku Ayah

Sepasang suami isteri – seperti halnya pasangan-pasangan lain yang tinggal di kota besar biasa meninggalkan anak-anak dalam asuhan pembantu rumahnya sewaktu mereka bekerja. Anak tunggal pasangan ini, seorang gadis kecil cantik berusia tiga setengah tahun. Seringkali ia sendirian ia di rumah dan kerap kali dibiarkan pembantunya bermain sendirian karena sibuk di dapur. Bermainlah dia bersama ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan lain-lain di halaman rumahnya.

Suatu hari dia melihat sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya diparkirkan. Tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretannya tidak kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya, karena mobil itu bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat coretan sesuai dengan kreativitasnya.

Hari itu ayah dan ibunya bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing, dan lain sebagainya mengikuti apa yang ada dalam imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh si pembantu rumah.

Saat pulang petang, terkejutlah pasangan suami istri itu saat melihat mobil yang baru setahun dibeli dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah ini pun terus berteriak keras, "kerjaan siapa ini ?!!" …. Pembantu rumah yang tersentak dengan jeritan itu berlari keluar.. Dia juga beristighfar. Mukanya merah padam ketakutan, lebih2 ketika melihat wajah bengis tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan "Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg kamu lakukan?" hardik si isteri lagi.

Si anak yang mendengar suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia berkata, "Dita yg membuat gambar itu ayahhh, cantik kan?" katanya sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya, terus dipukulkannya berkali2 ke telapak tangan anaknya. Si anak yang tak mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.

Sedangkan Si ibu cuma mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan. Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa… Si ayah cukup lama memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak kecil itu, membawanya ke kamar.

Dia terperanjat melihat telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka2 dan berdarah. Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka2nya itu terkena air.. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu.. Si ayah sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya, kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya. "Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.

Pulang dari kerja, dia tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu. Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"…jawab pembantunya ringkas. "Kasih minum panadol aja, "jawab si ibu. Sebelum si ibu masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.

Masuk hari keempat, pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas. "Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap," kata majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik. Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya sudah serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak itu. "Tidak ada pilihan..," kata dokter tersebut yang mengusulkan agar kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi akut…"Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua tangannya harus dipotong dari siku ke bawah," kata dokter itu. Si bapak dan ibu bagaikan tersengat halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti berputar, tapi apa yang bisa dilakukan, semua sudah terlanjur terjadi.

Si ibu meraung merangkul si anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah, selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan air mata. "Ayah.. ibu… Dita tidak akan melakukannya lagi…. Dita tak mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi… Dita sayang ayah.. sayang ibu," katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.

"Ayah.. kembalikan tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi! Bagaimana caranya Dita mau makan nanti?… Bagaimana Dita mau bermain nanti?…. Dita janji tidak akan mencoret2 mobil lagi, " katanya berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya. Meraung2 dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia dapat merubahnya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu harus meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan, dan ia masih belum mengerti mengapa tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf…

Tahun demi tahun kedua orang tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran batin sampai suatu saat Sang ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan meninggal diiringi tangis penyesalannya yang tak bertepi…, Namun…., si Anak dengan segala keterbatasan dan kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya.

Semoga ada hikmah yang dapat kita jadikan sebagai pelajaran, amiin..

Rabu, 09 Juli 2014

Siliwangi squad - Ngabuburit

Sundanis Terima Kasih Ibu

Iket dan Opat ka Lima Pancer

SAMPURASUN..

Hapunten kumawantun,
Seja mipit amit Ka luluhur sabudeur awun, ka para sepuh, anom, kadang wargi sadaya, simkuring seja ngadugikeun pamendak..
hapunten,hapunten,hapunten........

RAHAYU...


Sering mendengar dari beberapa pepatah yang disampaikan oleh sesepuh, salah satu makna yang terkandung dalam iket/totopong/udeng/telekung, yaitu OPAT,KALIMA PANCER. Opat kailma pancer itu salah satunya adalah yang berkaitan dengan 4 unsur ALAM : Angin,Air,Api,Tanah.
Ke-4 unsur ini mempunyai bentuk,sifat dan rasa yang berbeda beda.


ANGIN     - TIDAK TERLIHAT    - TERASA    - BERGERAK
AIR         - TERLIHAT              - TERASA    - DINGIN
API         - TERLIHAT              - TERASA    - PANAS  
TANAH    - TERLIHAT              - TERASA    - TETAP  

Apabila kita hubungkan dengan beberapa rupa iket, semuanya akan saling berhubungan dan berkaitan dengan watak kita.

Jika dalam tubuh kita masih dominan dengan unsur ANGIN, maka cenderung  berjalan
Jika dalam tubuh kita masih dominan dengan unsur AIR, maka akan cenderung mengalir
Jika dalam tubuh kita masih dominan dengan unsur API, maka cenderung  Emosional
Jika dalam tubuh kita masih dominan dengan unsur TANAH, maka cenderung berdiam

Jadi ketika kita menggunakan iket/totopong/udeng apapun nama dan pola nya, jika kita selaraskan dengan Opat kalima pancer yang bedasarkan dengan unsur alam, akan merasakan unsur apa yang dominan didalam diri kita, melalui rasa yang dimiliki oleh diri.

Namun dalam keseharian kita harus selalu mengingat dan merasakan ke empat unsur ini, walaupun kita tidak menggunakan iket/totopong/udeng/telekung/dll.

Dalam hal nama rupa iket pun banyak yang tidak terlihat ( tidak mengetahui ) namun terasa ( ada namanya )


RAHAYU

M.A.H.A-2014

sumber :  https://www.facebook.com/notes/komunitas-iket-bandung-raya-ki-baraya/iket-dan-opatkalima-pancer/712290428805155

Iket dan Komunitas Adat

Sampurasun...

Hapunten seja ngauningakeun pamendak, hapunten bilh kumahawantun ka sepuh la luluhur sabudeur awun, nu langkung tiheula batan simkuring, mugi ngaping kalih ngajaring... RAHAYU _/\_

Iket/totopong/udeng/dll. memang banyak sekali ragamnya, dari bentuk ataupun dari penamaan, banyak sekali hal yang bisa kita dapatkan dan pelajari ketika saya berkunjung ke beberapa komunitas adat ( kampung adat ) tidak cukup 1 atau 2 kali untuk mengenal tentang iket, dan tidak cukup 1 atau 2 jam ketika kita melakukan proses tatap muka / berdiskusi dengan para sepuh-sepuh adat.

Kini banyak sekali rupa dan pola iket yang dipergunakan oleh masyarakat, namun sedikit sekali yang mengenal akan kampung adat / dari mana pola tersebut berasal. Akan sangat indah dan nyata apabila kita semua bisa berkunjung dan bertatap muka dengan para pewaris yang hingga saat ini masih tetap melesatarikan salah satu warisan budaya tersebut.

Saya melihat beberapa kali di kampung adat,memiliki rupa yang berbeda dengan kampung lainnya, namun terkadang juga sama penamaannya dan berbeda dari segi perupaan. Pada awalnya penamaan itu bersifat baku, namun ketika saya coba lebih lama lagi berkunjung ke tempat tersebut, akan semakin jelas terasa oleh pribadi.

Mari kita kunjungi beberapa komunitas adat / kampung adat terdekat.

" MOAL AYA AYEUNA LAMUN EUWEUH NU BAHEULA "



Rahayu....... _/|\_

catatan Asep Hadian Adipradja
sumber : https://www.facebook.com/notes/komunitas-iket-bandung-raya-ki-baraya/iket-dan-komunitas-adat/716830745017790

Iket

SAMPURASUN

_/|\_

Hapunten sateuacanna, seja ngadugikeun pamendak anu nembé kasungsi.


Dalam setiap kebudayaan, banyak sekali hal yang bisa kita lihat dan perhatikan, serta kita nikmati,diantaranya adalah,suara,gerak,keindahan,adat,pakaian,dan keragaman lainya tergantung dari orang yang menikmati, serta melakukkannya.Namun dari keseluruhan ragam kebudayaan tersebut, ada satu hal yang tidak pernah lepas dalam pelaksanaanya;yaitu pakaian atau busana.

Setiap ritual acara yang bersangkutan dengan kebudayaan, tentu para pelaku tidak akan lepas dari pakaian pendukung untuk kelangsungan acara tersebut,seperti halnya dalam pagelaran seni suara,seni ketangkasan, upacara adat, bahkan sampai pernikahan pun tidak lepas dari pakaian adat. Yang tidak lepas dari kelengkapan busana tersebut adalah IKET. Namun untuk kampung adat, iket merupakan hal yang tidak asing lagi dan dalam masa sekarang ini diperkotaan,para pemuda sudah menggunakan iket dalam kesehariannya.

Iket sendiri pada waktu jaman dahulu, merupakan sebagai penutup kepala dan fungsi lainnya adalah sebagai alat untuk membawa sesuatu, bahkan juga menjadi salahsatu senjata untuk bela diri ( menurut beberapa sumber dari artikel lain, dan diperkuat dengan hasil pernyataan beberapa sesepuh di kampung kampung  ) Namun lain motif lain harga dan lain derajat bagi yang memakai iket, salah satu hal yang mempengaruhi hal ini adalah dari teknik dan jenis kain, sehingga semakin bagus tentu semakin mahal, dan hanya bisa dibeli oleh orang yang mempunyai kemampuan lebih,namun yang paling utama adalah makna dari iket itu sendiri.

Dibeberapa daerah Iket disebut juga dengan Telekung,Totopong,Udeng,Bendo,Romal, atau nama-nama lainnya yang belum diketahui. Selembar kain yang berbentuk Segi empat, dengan kotak dibagian dalamnya dengan posisi miring, walau mirip taplak meja namun mengandung falsafah yang luas baik dari makna dasar, atau pun dari cara mengikatnya, serta dimana dan kapan iket dipergunakan.

Lantas apa itu yang dimaksud dengan IKET? dari hasil yang saya telusuri dari beberapa sesepuh di Bandung dan kampung adat, bentuk dasar iket idealnya harus berbentuk bujur sangkar, bagian tengahnya ada bagian bujur sangkar dengan posisi diagonal ( tidak se arah dengan bentuk dasar kain )Makna singkat tiap lipatan adalah 4 sisi adalah 4 unsur kehidupan, kemudian setelah dilipat dan dibagi dua,maka tercipta bentuk segi 3 yang mengandung makna Tri Tangtu.

Kemudian apa yang dimaksud dengan IKET SUNDA?Banyak orang yang sering menamakan atau mencari dan mengenakan IKET, kemudian di tambahkan dengan kata SUNDA, jadilah IKET SUNDA. Sebenarnya adalah makna yang luas bila dikaitkan antara 2 kalimat tersebut, kata IKET, seperti penuturan saya diatas, dan kata SUNDA bisa kita artikan juga sebagai belahan daerah antara SUNDA BESAR dan SUNDA KECIL, kemudian berikut ini kira kira pengertian atau sedikit gambaran dari IKET SUNDA menurut pendapat saya

1.Tempat pembuatan: Sumedang,Garut,Ciamis,Tasik.dsb. Hal ini dikategorikan banyak orang yang bilang Jawa Barat adalah SUNDA, maka kota atau daerah yang ada dalam wilayah Jawa Barat dikatakan orang sunda
2.Motif/corak: Kopi pecah, Hanjuang, Kembang Boled,dsb. Motif ini berkaitan dengan khas dari masing masing daerah / kota pengrajin, yang menjadi ciri.
3.Cara mengikat: Barangbang Semplak, Paros, Udeng, Bendo, dsb. Berdasarkan cara mengikat yang tentunya berbeda dengan daerah lain, dan menjadi satu ciri lagi yang kita miliki.
4.Makna : Adalah segala hal yang terkandung dalam ka-sunda-an, baik itu ajaran, budi pekerti, falsafah hidup, silsilah dari ketata negaraan, dsb.

Kurang lebihnya seperti itu penggolongan menurut pendapat saya tentang IKET SUNDA, namun kita tidak bisa mengatakan bahwa orang yang tidak pakai iket tidak nyunda siapa yang menyangka bila beliau kelebihan dibandingkan kita tentang ka-Sunda-an, dan kita pun yang menggunakan IKET hendaknya tidak berbesar kepala dengan menggunakan IKET, namun lain halnya jika kita bercermin terhadap masyarakat yang berada dalam satu lingkungan kampung Adatkarena dalam kesehariannya mereka hampir selalu menggunakan IKET, dan ada juga yang tidak menggunakan iket dalam kesehariannya, namun di utamakan pada waktu-waktu tertentu.

Dalam aplikasi keseharian, terkadang kita suka melihat seseorang yang menggunakan iket, yang bermotif dari daerah timur, dengan mengatakan bahwa ini iket sunda, menurut pendapat saya itu bisa saja mungkin yang ia terapkan adalah pola ikatan dan makna kasundaanya, atau bahkan terbalik, dengan motif dari jawa barat namun iket nya dibuat seperti dari daerah timur….  atau dari daerah-daerah lainnya.

”Caringcing pageuh kancing, saringset pageuh iket”

   _/|\_
 RAHAYU


Mochamad Asep Hadian Adipradja ( catatan perjalanan 2008 - 2013 )

sumber :  https://www.facebook.com/notes/komunitas-iket-bandung-raya-ki-baraya/iket/693512887349576

Senin, 10 Februari 2014

Dewi " dee " Lestari quote


“Kau hadir dalam ketiadaan,Sederhana dalam ketidakmengertian.Gerakmu tiada pasti,Namun aku selalu disini,Menantimu..Entah mengapa.." - Dee  

“Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkan ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang?” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Semua perjalanan hidup adalah sinema. Bahkan lebih mengerikan. Darah adalah darah, dan tangis adalah tangis. Tak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu.” ― Dee, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

“Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring.(Spasi)” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Kita memang tak pernah tahu apa yang dirindukan sampai sesuatu itu tiba di depan mata.” ― Dee, Supernova: Akar

“aku gak mau sepuluh, dua puluh tahun dari hari ini, aku masih terus-terusan memikirkan orang yg sama. bingung di antara penyesalan dan penerimaan.” ― Dee, Perahu Kertas

“Hati tidak memilih. Hati dipilih. Karena hati tidak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh” ― Dee

“Karena hati tak perlu memilih, ia selalu tahu kemana harus berlabuh” ― Dee, Perahu Kertas

“Kadang – kadang pilihan yang terbaik adalah menerima…” ― Dee, Rectoverso

“Carilah orang yang nggak perlu meminta apa-apa, tapi kamu mau memberikan segala-segalanya.” ― Dee, Perahu Kertas

“kenangan itu cuma hantu di sudut pikir. selama kita diam dan ngga berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu, ngga akan pernah jadi kenyataan.” ― Dee

“hati kamu mungkin memilihku, seperti juga hatiku selalu memilihmu. Tapi hati bisa bertumbuh dan bertahan dengan pilihan lain. Kadang, begitu saja sudah cukup. Sekarang aku pun merasa cukup.” ― Dee, Perahu Kertas

“Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi bisa menjadi diri kita lagi.” ― Dee

“Cinta kan tidak butuh tali. Ia membebaskan. Jadi buat apa kita melawan arusnya dan malah saling menjajah?” ― Dee

“Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. Bintang kamu tetap di sana. Bumi hanya sedang berputar.” ― Dee, Perahu Kertas

“rasa memiliki itu hidup seperti sel. semula satu dan kemudian terpecah jadi seribu satu. dan aku menyimpan sel-sel yang sangat sehat. ia akan terpecah diluar kendali cinta itu sendiri. sel ini terus bertambah dan merambah. mereka hidup melingkari kita, semenjak kita saling mencinta. suka tak suka.” ― Dee

“Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban.Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu” ― Dee, Supernova: Partikel

“Kenangan itu hanya hantu di sudut pikir, selama kita diam selamanya dia tetap jadi hantu, ga akan pernah jadi kenyataan” ― Dee, Perahu Kertas

“Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah ia bermakna apabila tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi?” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Rasakan semua, demikian pinta sang hati. Amarah atau asmara, kasih atau pedih, segalanya indah jika memang tepat pada waktunya. Dan inilah hatiku, pada dini hari yang hening. Bening. Apa adanya.” ― Dee, Rectoverso

“Keheningan seakan memiliki jantung. Denyutnya terasa satu-satu, membawa apa yang tak terucap. Sejenak berayun di udara, lalu bagaikan gelombang air bisikan itu mengalir, sampai akhirnya berlabuh di hati.” ― Dee, Perahu Kertas

“Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir. Aku mencintaimu tanpa perlu apa-apa, karena kini kumiliki segalanya.” ― Dee, Rectoverso

“Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya. Filosofi Kopi” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“I’d like to find the guy who invented the proverb ‘go with the flow’ and lead him to an ocean full of hungry sharks. And see how he would flow. I’d really like to know.”― Dee, Rectoverso

“Im thankful for this moment coz i know that i grow a day older and see how this sentimental fool can be” ― Dee

“Momentum tidak dapat dikejar. Momentum hadir. Begitu ia lewat ia tidak lagi sebuah momentum. Ia menjadi kenangan. Dan kenangan tidak akan membawa Anda kemana-mana. Kenangan adalah batu-batu di antara aliran sungai. Anda seharusnya menjadi arus bukan batu.” ― Dee

“Kita tidak bisa menyamakan kopi dengan air tebu. Sesempurna apa pun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Menurut survei: selain narik becak dan gali kubur, pekerjaan mengkhayal dan menulis ternyata juga butuh asupan kalori tinggi. (Perahu Kertas)” ― Dee

“Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan. Mencari Herman” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Kendati batas antara kebebasan dan ketidakpedulian terkadang saru” ― Dee, Madre

“Bagaimana hampa bisa menyakitkan? Hampa harusnya berarti tidak ada apa-apa. Tidak ada apa-apa berarti tidak ada masalah. Termasuk rasa sakit.” ― Dee

“Gy, jalan kita mungkin berputar, tetapi satu saat, entah kapan, kita pasti punya kesempatan jadi diri kita sendiri. Satu saat kamu akan jadi penulis dongeng yang hebat. Saya yakin” ― Dee, Perahu Kertas

“Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang.”― Dee, Rectoverso

“Kalau lawan bicaramu mendengar dengan sepenuh hati, beban pikiranmu menjadi ringan. Kalau kamu tambah ruwet, meski yang mendengarkanmu tadi seolah serius mendengar, berarti dia tidak benar-benar hadir untukmu.” ― Dee, Supernova: Partikel

“Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku igin seiring dan bukan digiring.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Tiada yang lebih indah. Tiada yang lebih rindu. Selain hatiku. Andai engkau tahu.” ― Dee, Rectoverso

“Kamu takut. Kamu takut karena ingin jujur. Dan kejujuran menyudutkanmu untuk mengakui kamu mulai ragu.” ― Dee

“Akan ada satu saat kamu bertanya: pergi ke mana inspirasiku? Tiba-tiba kamu merasa ditinggal pergi. Hanya bisa diam, tidak lagi berkarya. Kering. Tetapi tidak selalu itu berarti kamu harus mencari objek atau sumber inspirasi baru. Sama seperti jodoh, Nan. Kalau punya masalah,tidak berarti harus cari pacar baru kan? Tapi rasa cinta kamu yang harus diperbarui.Cinta bisa tumbuh sendiri,tetapi bukan jaminan bakal langgeng selamanya,apalagi kalau tidak dipelihara. Mengerti kamu?” -Nasihat Poyan pada Keenan suatu hari” ― Dee, Perahu Kertas

“Barangkali itulah mengapa kematian ada, aku menduga. Mengapa kita mengenal konsep berpisah dan bersua. Terkadang kita memang harus berpisah dengan diri kita sendiri; dengan proyeksi. Diri yang telah menjelma menjadi manusia yang kita cinta.” ― Dee, Rectoverso

“Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi ketika berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai dimana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on” ― Dee

“Kamu benar, Puteri. Perasan itu sudah mengkristal.Dan akan kusimpan. Selamanya.” ― Dee, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

“Jingga di bahumu. Malam di depanmu. Dan bulan siaga sinari langkahmu. Teruslah berjalan. Teruslah melangkah. Kutahu kau tahu. Aku ada.” ― Dee, Rectoverso

“Kalau bebas sudah jadi keharusan, sebetulnya bukan bebas lagi, ya?” cetus Mei kalem” ― Dee, Madre

“semua perjalanan hidup adalah sinema. bahkan lebih mengerikan, putri. darah adalah darah, dan tangis adalah tangis.Tak ada pemeran pengganti yang akan menaggung sakitmu.” ― Dee

“Apa yang orang bilang realistis, belum tentu sama dengan apa yang kita pikirin. Ujung-ujungnya kita juga tahu kok, mana yang diri kita sebenernya, mana yang bukan diri kita. Dan kita juga tahu apa yang pengen kita jalani.Keenan.” ― Dee, Perahu Kertas

“Sahabat saya itu adalah orang yang berbahagia. Ia hanya mengetahui apa yang ia sanggup miliki. Saya adalah orang yang paling bersedih, karena saya mengetahui apa yang tak sanggup saya miliki.” ― Dee, Rectoverso

“Hidup akan mengikis apa saja yang memilih diam, memaksa kita untuk mengikuti arus agungnya yang jujur tetapi penuh rahasia. Kamu, tidak terkecuali.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Rasa hangat ketika kedua tubuh bertemu, rasa lengkap ketika dua jiwa mendekat, rasa rindu yang tuntas ketika kedua pasang mata menatap.” ― Dee, Rectoverso

“Bertambahnya usia bukan berarti kita paham segalanya.” ― Dee

“Kau hadir dalam ketiadaan, sederhana dalam ketidakmengertian. Gerakmu tiada pasti, namun aku selalu disini, menantimu.. Entah mengapa..[Ksatria, Putri, dan Bintang Jatuh]” ― Dee, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

“Ada dunia di sekelilingmu. Ada aku di sampingmu. Namun, kamu mendamba rasa sendiri itu.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Dan aku bertanya: apakah yang sanggup mengubah gumpal luka menjadi intan. Yang membekukan air mata menjadi kristal garam? Sahabatku menjawab: Waktu. Hanya waktu yang mampu”  ― Dee, Madre

“Perjalanan hati itu bukannya tanpa resiko.” ― Dee, Perahu Kertas

“Kamu hebat,” decaknya, “itu memang keajaiban. Saya bisa merasakan, anak-anak tadi nyaman banget dengan diri mereka sendiri. Kamu berhasil memancing karakter mereka keluar. Mereka jadi percaya diri, punya harga diri. Punya kebanggaan” ― Dee, Perahu Kertas

“Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?” ― Dee

“Masih perlukah aku bertanya atas sesuatu yang sebetulnya sudah kuketahui jawabannya?” ― Dee, Supernova: Partikel

“Within his orbit, I was nothing but a flat noodle. And I don’t know how much longer I can keep this up.” ― Dee, Rectoverso

“Itulah cinta.Itulah Tuhan.Pengalaman bukan penjelasan.Perjalanan bukan tujuan. Pertanyaan yg sungguh tidak berjodoh dgn segala jawaban.” ― Dee, Madre

“Banyak hal yang tak bisa dipaksakan, tapi layak diberi kesempatan.” ― Dee

“buat apa dia kembali? buat apa muncul sejenak lalu menghilang lagi nanti?” ― Dee, Perahu Kertas

“Sungai menjadi jalan pulangnya ke rumah tak berwadak, tapi ia selalu tahu di mana harus mengetuk pintu” ― Dee, Supernova: Akar

Sebenarnya diri kita sendirilah yang paling susah diduga.” ― Dee

“Akhirnya ku mengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia. Betapa sukarnya manusia menanggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang. Aku kini percaya manusia dirancang untuk terluka.” ― Dee, Supernova: Partikel

“Hidup ini cair. Semesta ini bergerak. Realitas berubah.” ― Dee

“Berat hati kuakui, kesusahan, kegembiraan, ketika keduanya lewat bersamaan tanpa permisi, maka sensasinya sama.” ― Dee

“Kamu ingin cinta. Tapi takut jatuh cinta. But you know what? Kadang -kadang kamu harus terjun dan jadi basah untuk tahu air. Bukan cuma nonton di pinggir dan berharap kecipratan.” ― Dee, Madre

“Sejarah memiliki tampuk istimewa dalam hidup manusia, tapi tidak lagi melekat utuh pada realitas. Sejarah seperti awan yang tampak padat berisi tapi ketika disentuh menjadi embun yang rampuh.” ― Dee

“Cinta tidak hanya pikiran dan kenangan. Lebih besar, cinta adalah dia dan kamu. Interaksi.” ― Dee

“Kenangan itu cuma hantu di sudut pikiran. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia akan tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.” ― Dee, Perahu Kertas

“karena sesungguhnya justru dalam ketidakpastiaan manusia dapat berjaya, menggunakan potensinya untuk berkreasi” ― Dee, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

“Hampir semua orang melacurkan waktu, jati diri, pikiran, bahkan jiwanya. Bagaimana kalau ternyata itulah pelacuran yg paling hina?” ― Dee, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

“Cuaca demi cuaca melalui kami, dan kebenaran akan semakin dipojokkan. Sampai akhirnya nanti, badai meletus dan menyisakan kejujuran yang bersinar. Entah menghangatkan, atau menghanguskan.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Saya belajar dari kisah hidup seseorang. Hati tidak pernah memilih. Hati dipilih. Jadi, kalau Keenan bilang, Keenan telah memilih saya, selamanya Keenan tidak akan pernah tulus mencintai saya. Karena hati tidak perlu memilih. Ia selalu tahu ke mana harus berlabuh.” ― Dee, Perahu Kertas

“Langit begitu hitam sampai batasnya dengan Bumi hilang. Akibatnya, bintang dan lampu kota bersatu, seolah-olah berada di satu bidang. Indah, kan?”

― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Dia, yang tidak pernah kamu mengerti. Dia, racun yang membunuhmu perlahan. Dia, yang kamu reka dan kamu cipta. Sebelah darimu menginginkan agar dia datang, membencimu hingga muak dia mendekati gila, menertawakan segala kebodohannya, kehilafan untuk sampai jatuh hati kepadamu, menyesalkan magis yang hadir naluriah setiap kalian berjumpa. Akan kamu kirimkan lagi tiket bioskop, bon restoran, semua tulisannya –dari mulai nota sebaris sampai doa berbait-bait. Dan beceklah pipi-nya karena geli, karena asap dan abu dari benda-benda yang dia hanguskan–bukti bahwa kalian pernah saling tergila-gila–beterbangan masuk ke matanya. Semoga dia pergi dan tak pernah menoleh lagi. Hidupmu, hidupnya, pasti akan lebih mudah.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Tanpa kekosongan, siapa pun tidak akan bisa memulai sesuatu.” ― Dee, Perahu Kertas

“Kenangan itu cuma hantu disusut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. nggak akan pernah jadi kenyataan.” ― Dee

“Pada akhirnya, tidak ada yang bisa memaksa. Tidak juga janji atau kesetiaan. Tidak ada. Sekalipun akhirnya dia memilih untuk tetap bersamamu, hatinya tidak bisa dipaksa oleh apapun, oleh siapapun.” ― Dee, Perahu Kertas

“His long arms stretch out like comforting pillars, supporting my whole being in his embrace.” ― Dee, Rectoverso

“Buat apa ia pelihara luka hati yang cuma bikin matanya berair?” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“terkadang keadaan membuat cinta terasa amat menyakitkan, akan tetapi kesejatian cinta tidak akan pernah berakhir manakala pengorbanan cinta itulah yang menjadi pemeran utamanya. cinta tidak akan pernah salah. cinta tidak mengenal batas. untuk cinta yang bertepuk sebelah tangan sekalipun.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit kembali setelah berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu.

Your strength is simply your will to go on.Supernova: Partikel” ― Dee, Supernova: Partikel

“Cinta bukanlah dependensi, melainkan keutuhan yang dibagi.” ― Dee

“Jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Seseorang semestinya memutuskan bersama orang lain karena menemukan keutuhannya tercermin, bukan ketakutannya akan sepi.” ― Dee, Rectoverso

“Anggap aja kamu ikan lele. Bisa berkembang biak di septic tank. Dia hidup bahagia di tempat sampahnya.” ― Dee, Madre

“Akan tetapi, yang benar-benar membuat tempat ini istimewa adalah pengalaman ngopi-ngopi yang diciptakan Ben. Dia tidak sekadar meramu, mengecap rasa, tapi juga merenungkan kopi yang dia buat. Ben menarik arti, membuat analogi, hingga terciptalah satu filosofi untuk setiap jenis ramuan kopi. Filosofi Kopi” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Banyak sekali orang yang doyan kopi tiwus ini. Bapak sendiri ndak ngerti kenapa. Ada yang bilang bikin seger, bikin tentrem, bikin sabar, bikin tenang, bikin kangen… hahaha! Macem-macem! Padahal kata Bapak sih biasa-biasa saja rasanya, Mas. Barangkali, memang kopinya yang ajaib. Bapak ndak pernah ngutak-ngutik, tapi berbuah terus. Dari kali pertama tinggal di sini, kopi itu sudah ada. Kalau ‘tiwus’ itu asalnya dari almarhumah anak gadis Bapak. waktu kecil dulu, tiap dia lihat bunga kopi di sini, dia suka ngomong ‘tiwus-tiwus’ gitu,” dengan asyik Pak Seno mendongeng. Filosofi Kopi” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Mungkin dengan beneran mati saya akan menemukan makna hidup.” ― Dee, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

“Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakannya dengan sia-sia.” ― Dee

“We’re built for drama. While they will always be orangutans.”  ― Dee, Supernova: Partikel

“Saat pasir tempatmu berpijak pergi ditelan ombak, akulah lautan yang memeluk pantaimu erat.” ― Dee, Rectoverso

“ Cinta yang sudah dipilih sebaiknya diikuti di setiap langkah kaki, merekatkan jemari, dan berjalanlah kalian bergandengan… karena cinta adalah mengalami ” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Hidup telah menunjukkan dengan caranya sendiri bahwa aku senantiasa dipandu. Tak perlu tahu ke mana ini semua berakhir. …” ― Dee, Madre

“Namun saat kau rasa pasir yang kau pijak pergi, akulah lautan memeluk pantaimu erat. -Aku Ada-” ― Dee

“Mimpi mengurangi kualitas istirahatnya. Dan untuk bersamaku, ia tak perlu mimpi.” ― Dee, Rectoverso

“Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari.” ― Dee, Rectoverso

“Kenapa berbeda menjadi begitu menakutkan?” ― Dee, Supernova: Partikel

“Saya melihat tumor itu semacam pemicu untuk saya mencari lebih dalam, mempertemukan saya dengan lebih banyak pengetahuan, membuka mata saya bahwa penyakit bukan sekadar gangguan. Tapi kode. Kode dari tubuh bahwa ada hal dalam hidup kita yang harus dibereskan.” ― Dee, Supernova: Partikel

“Melalui firasat kita belajar menerima diri, dan berdamai dengan hidup ini” ― Dee

“Saya percaya setiap manusia dapat mewujudkan surga, neraka, berlaku seperti malaikat, dan menjadi iblis itu sendiri.” ― Dee, Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh

“Aku hanya si penunggu yang beruntung.” ― Dee

“Di tengah gurun yang tertebak, jadilah salju abadi. Embun pagi tak akan kalahkan dinginmu, angin malam akan menggigil ketika melewatimu, oase akan jengah, dan kaktus terperangah. Semua butir pasir akan tahu jika kau pergi, atau sekadar bergerak dua inci.

Dan setiap senti gurun akan terinspirasi karena kau berani beku dalam neraka, kau berani putih meski sendiri, karena kau… berbeda.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Keheningan mengapungkan kenangan, mengembalikan cinta yang hilang, menerbangkan amarah, mengulang manis keberhasilan dan indah kegagalan. Hening menjadi cermin yang membuat kita berkaca-suka atau tidak pada hasilnya.” ― Dee, Filosofi Kopi: Kumpulan Cerita dan Prosa Satu Dekade

“Kamu hanya perlu menerima. Menolak, menyangkal, cuma bikin kamu lelah’.” ― Dee, Rectoverso

“satu menggenapkan dua melenyapkan.” ― Dee

“Kita tak tahu dan tak pernah pasti tahu hingga semuanya berlalu. Benar atau salah, dituruti atau tidak dituruti, pada akhirnya yang bisa membuktikan cuma waktu.” ― Dee, Rectoverso

“Mungkin, suatu saat, apabila sekelumit dirimu itu mulai kesepian dan bosan, ia akan berteriak-teriak ingin pulang. Dan kamu akan menjemputnya, lalu membiarkan sejarah membentengi dirinya dengan tembok tebal yang tak lagi bisa ditembus. Atau mungkin, ketika sebuah keajaiban mampu menguak kekeruhan ini, jadilah ia semacam mercusuar, kompas, bintang selatan…. yang menunjukkan jalan pulang bagi hatimu, untuk, akhirnya, menemuiku..” ― Dee

"Tidak ada seorang pun mampu melengkapi apa yang sudah utuh. Tidak ada sesuatu pun dapat mengisi apa yang sudah penuh. Tidak ada satu pun yang dapat berpisah satu sama lain" - Dee

Senin, 19 Maret 2012

Melodious Walk


di lembah,
berjalan mengikuti jejak pengembara 
menuju tanah lapang penuh ilalang
remah dedaunan remuk berderak di tiap langkah
sepoi kesunyian mengiring
dengan petikan dawai kangen dan rindu jauh
dari pesan yang kutinggalkan padamu
di sekelebat perjumpaan yang bisa kau ingat 
segala sesuatu yang indah darimu
kubawa menyusuri tiap liku dan tanjakan
tak perlu kusebutkan
satu - persatu seperti picisan murahan
cukup kuhadirkan dalam peluk risau yang manis-pedih
ketersesatan yang menakutkan menghantui
hantu yang tak akan ada bila kau disini 
setelah tiap batu dan lelumpurrimbun semak,

steps will still remember our walkyang tak pernah serentaknamun beriring

pelan namun saling mengejar
hingga arah tak lagi bermaknadan makna tak lagi butuh arti

our melodious walk filled with over flowing
flowering dreamsand glimmering clouds of dim melancholic sky

a little part of our heavenly stepsfull
with lark sweet symphonies as we stared infatuation tone of brilliant sunset floating away into the air with your scentfloating away into my heartas the leafs dancing in the wind

Rabu, 08 Februari 2012

Tulisan dari semangkuk bubur..

sejuk benar udara di tempat ini,,
semilir angin nya memanjakan diri hingga serasa mataku ingin terlipat saja,
padahal aku baru saja terjaga dari mati sementaraku semalam.
di tanganku semangkuk bubur hangat menemani pagi ini.
Fabii aii I Robikhuma Tukadziban..


di lintasan lain terlihat bocah-bocah berlarian dengan baju kumal nya,,
sepertinya sudah sekian hari mereka tidak mandi..
masih dengan semangkuk bubur di genggaman aku perhatikan laku mereka,,
polos,,seakan tak hiraukan masa depan mereka kelak!!!,,
apa isi kepala orang tua mereka hingga menjadikan mereka ladang koin dan kertas bernominal??
lebih bedebah dari seekor binatang sekalipun!!!,,cetusku dalam hati..


masih tak jauh dari tempat ku duduk bersila,,
segerombol musisi jalanan berkeliling mengais rupiah..
dengan nyanyian yang kadang tak jelas artikulasi dan intonasi nya,,
ah apapun itu,namanya juga usaha,,hehe
inilah hidup sebenarnya,,mesti baru hanya sedikit saja yang ku telaah,,
suasana di tempat ini mengajarkan ku banyak hal yang tak tertulis baku di buku apapun..


sakit telah mengajarkan kita banyak hal..
airmata telah memberikan kita berjuta makna..
masa lalu telah meberikan kita cermin yang teramat besar,,
bahwasanya dari semuanya itu...
kadang duka memiliki wejangan yang jauh lebih bermakna.
Dan tidak akan ada yang sia-sia pada akhirnya..


sejurus kemudian,,kulanjutkan saja langkah kelana ku di hari ini,
menjadi musafir abal-anal mengitari kota kelahiranku,,
yang lama sekali kutahu tapi tak berarti kukenali..
ku tarik kembali handle matic ku di dataran datar bekas Paris Van Java.
Mencari apapun yang bukan dengan sengaja kucari,,
memaknai sesuatu yang tak mudah terdefinisi,
dan merajut mainset ku kembali yang sempat kusut,
dan sesungguhnya..
Hidup ini hanyalah perjalanan bak seorang musafir semata..
setidaknya itulah yang kufahami,,entah dengan kalian..


tepi jalanan Bandung 07 februari 2012