Syair Pagi
apabila berkas bening cahya mentari
menghangatkan kaca jendela yang dingin
saat itulah cemburuku tercatat
pada sisa rembulan yang pucat
aku akan membukakan pintu
bagi embun yang mengepul di permukaan batu
dan mengajaknya mencicipi kopi
sebelum angin berkesiur pergi
apakah kita akan ngobrol tentang prenjak
atau derit batang nyiur yang nyaris patah?
sebelum rembulan pucat itu beranjak
ia jatuh berdebum di kebun sebelah
: daun-daunnya memang telah cokelat
dan embun, engkau pun akan segera pamit
untuk menitipkan cerita persinggahan semalam
ke kantung ingatan di kubah langit
: ah, rahasiaku
bukankah itu
yang telah kaugenggam?
kautinggalkan aku termangu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar