Kamis, 10 Desember 2009

Syair Pagi

Syair Pagi

apabila berkas bening cahya mentari

menghangatkan kaca jendela yang dingin

saat itulah cemburuku tercatat

pada sisa rembulan yang pucat

aku akan membukakan pintu

bagi embun yang mengepul di permukaan batu

dan mengajaknya mencicipi kopi

sebelum angin berkesiur pergi

apakah kita akan ngobrol tentang prenjak

atau derit batang nyiur yang nyaris patah?

sebelum rembulan pucat itu beranjak

ia jatuh berdebum di kebun sebelah

: daun-daunnya memang telah cokelat

dan embun, engkau pun akan segera pamit

untuk menitipkan cerita persinggahan semalam

ke kantung ingatan di kubah langit

: ah, rahasiaku

bukankah itu

yang telah kaugenggam?

kautinggalkan aku termangu

Tidak ada komentar: